Saturday, September 23, 2017

67 TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA



67 TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA ( SUMATERA UTARA, SUMATERA SELATAN, SUMATERA BARAT, ACEH, RIAU, JAMBI, LAMPUNG, JAMBI, BENGKULU, BANGKA BELITUNG ) , GAMBAR  DAN KETERANGAN LENGKAP.

Sumatera termasuk dalam lima pulau besar di indonesia dan memiliki keaneka ragaman jenis tarian tradisional yang merupakan ciri khas Sumatera dan menjadi kebanggaan negara Indonesia,
Berikut ini adalah keterangan lengkap tarian di semua propinsi sumatera dan gambarnya .


No
PROVINSI
NAMA TARIAN TRADISIONAL
A
Nangroe Aceh Darussalam
1. Tari Rapai Geleng
2. Tari bines
3. Tari Didong
4. Tari Laweut
5. Tari Likok Pulo
6. Tari Meuseukat
7. Tari Pho
8. Tari Ranub Lampuan
9. Tari Ratoh Duek
10. Tari Saman
11. Tari Seudati
12. Tari Tarek Pukat
13. Tari Ula-ula Lembing

B
Sumatera Utara
14. Tari Balanse Madam
15. Tari Guro-goro Aron  ( Tari  Terang Bulan )
16. Tari Baluse
17. Tari Endeng-endeng
18. Tari Maena
19. Tari Moyo ( Tari Elang )
20. Tari Piso Surit
21. Tari Tak-tak Garo-garo
22. Tari Toping-toping ( Huda-huda )
23. Tari Tor-tor Tujuh Cawan
24. Tari Tor-Tor Sigale-gale
25. tari Tor-tor Tongkat Panaluan

C
Sumatera Barat
26. Tari Alang Babega Minangkabau
27. Tari Ambek-ambek Koto Anau
28. Tari Indang Minangkabau
29. Tari Lilin
30. Tari Pasambahan
31. Tari Payung
32. Tari Piring
33. Tari Rancak Minangkabau
34. Tari Randai
35. Tari Rantak Minangkabau
36. Tari Tempurung

D
Riau dan kepulauan Riau
37. Tari Joged Lambak
38. Tari Makan Sirih
39. Tari Makyong
40. Tari Melemang
41. Tari Tandak
42. Tari Zapin

E
Jambi
43. Tari Elang Mengipeh
44. Tari Inai
45. Tari Lenggang Kipas Layang
45. Tari Liang Asak
46. Tari Niti Mahligai
47. Tari Sekato
48. Tari Rauh ( Rantau Pandan )

F
Sumatera Selatan
49. Tari Gending Sriwijaya
50. Tari Kebagh
51. Tari Sebimbing Sekundang
52. Tari Tanggai ( Tari Tepak )


G
Bangka Belitung
53. Tari  Beripat
54. Tari Campak
55. Tari Men Sahang Lah Mirah
56. Tari Pendulang Timah
57. Tari Sekapur Sirih
58. Tari Sepen

H
Bengkulu
59. Tari Bidadari Terminang Anak
60. Tari Ganau
61. Tari Kejei
62. Tari Lanan Belek
63. Tari Persembahan Rejang
I
Lampung
64. Tari Cangget
65. Tari Malinting
66. Tari Sekura Heboh
67.  Tari Sigeh Pengunten




Untuk memperjelas semua tarian yang ada di provinsi Sumatera , berikut gambar dan penjelasannya.
A. TARIAN TRADISOINAL Nanggroe Aceh Darussalam
1. Tari Rapai Geleng
Tarian Rapai Geleng, dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”.
2. Tari Saman
Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang terpenting jumlahnya harus ganjil. Dalam tarian ini, semua penari bergerak dengan sangat kompak, gerakan yang dianggap klimaks dari semua gerakan adalah ketika penari-penari itu mengangkat tangannya ke langit, dan memegang tangan temannya. Gerakan dalam tari saman seperti gerak guncang, lingang, surang-saring, dan kirep. Gerakannya mengandung tepuk dada dan tepuk tangan. Dimana sebagian penari menunduk, sebagian lagi seolah menegadah kebelakang, sebagian lagi mengangkat tangan.
Dalam menyanyikan lagu dan syair pada tari saman dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam :
Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua penari.
Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
Kostum yang digunakan dalam tari saman adalah kostum suku Gayo, dan dikendalikan oleh penari tengah. Tari saman tidak menggunakan alat musik lainnya, mereka memanfaatkan bunyi suara yang dihasilkan dari tepukan tangan. Tarian ini dikhususkan untuk laki-laki, karena gerakannya sangat kuat dan menguras tenaga.
Tarian ini masuk ke daftar UNESCO. Dan sejak itulah, tari saman tidak diperbolehkan ditarikan oleh perempuan, kostum yang digunakan pun tidak sembarangan dan bahasa yang digunakan pun harus bahasa suku Gayo.
3. Tari bines
Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap, entah 10, 12 atau berapapun (tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian ini ditarikan dari gerakan lambat sampai gerakan cepat hingga akhirnya berhenti serentak. Hampir mirip dengan tarian saman. Disebutnya saja, bagian dari tari saman. Kostum yang digunakan di tarian ini adalah, baju lukup, kain sarung seragam, kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang. Lagu yang dilantunkan di tari ini adalah jangin bines.
Salah satu keunikan tari ini,  bila kamu ingin memberikan uang pada penari, kamu harus menyimpan uangmu di atas kepala penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang diberikan dari penari (biasanya ada di akhir acara).

4. Tari Didong
Gerakan tarian Didong, duduk dan bermain dengan kedua tangan. Sampai mereka menyanyikan sebuah lagu, dan menepakkan tangan dengan ketukan yang berbeda seperti tari kecak. Tarian ini tidak menggunakan alat musik latar, karena penarinya akan mengeluarkan nada-nada seperti musik dari mulutnya. Didong adalah kesenian yang menyatukan beberapa unsur seperti tari, vokal dan sastra.
Kata Didong pun mengandung arti ‘nyanyian sambil bekerja’, ada pun yang berpendapat didong berasal dari suara musik yang seolah-olah mengatakan ‘din’ dan ‘dong.
Tarian  ini ada kali pertama  ketika ada salah seorang seniman yang bernama Abdul Kadir To’et yang peduli dengan kesenian ini. Saat itu kesenian ini digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah.

5. Tari Laweut
Tarian Laweut , biasanya ditarikan oleh 8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-syairnya yang dilantunkan berupa ayat-ayat Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian ini, hampir sama dengan tari saman, bedanya mereka menarikan secara berdiri, tanpa iringan alat musik.
Kata ‘laweut’ berasal dari shalawat atau pujian pada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kab. Pidie, Aceh. Dulunya tarian ini disebut tari seudati.

6. Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.

7. Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.

8. Tari Pho
Tarian ini dibawakan oleh perempuan, zaman dulu tarian ini ditarikan sebagai simbolin bahwa orang tersebut sedang bersedih hati atau berduka cita. Namun setelah masuknya agama Islam di Aceh, tarian ini menjadi kesenian rakyat saja. Kata Pho ini berasal dari kata peubae, jika diartikan dalam bahasa Aceh seperti sebutan penghormatan.
Sejarah singkatnya, ada seorang gadis yatim piatu yang sangat cantik, ia diasuh oleh kakak Ibunya. Dan pengasuhnya memiliki seorang anak laki-laki, hingga akhirnya anak laki-laki dan gadis tersebut saling jatuh cinta. Namun ada pihak yang iri dan sakit hati karena ditolak oleh gadis tersebut. Akhirnya mereka difitnah telah berzinah, saat itu hukuman orang berzinah sangat fatal yaitu hukuman mati. Akhirnya mereka dihukum mati.

Akhirnya Ibunya laki-laki tersebut berduka sambil menari-nari untuk mengekspresikan kesedihannya dan lahirlah tari Pho.

9. Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.

10. Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Doek , dilakukan penari wanita yang berjumlah 10 ataupun lebih, dengan 2 orang syahie atau penyanyi. Tarian ini menggambarkan makna yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Kekompakan, keselarasan, sifat optimis, dan tegas. Hal ini terlihat dari harmoni para penari yang bertepuk tangan sesuai irama.
Kata ratoh diambil dari bahasa Arab yang artinya Rateb, dan kata ‘duek’ berasal dari bahasa Aceh sendiri yang artinya duduk. Tarian ini pun kadang disebut dengan ratoh jaroe.
Gerakan tarian ini hampir sama dengan tari saman, Setelah Tari Saman diakui UNESCO sebagai Budaya Warisan Manusia, sejak itu pula tari saman tidak diperbolehkan diikuti oleh wanita.
Bagaimana nasib para penari wanita yang dulunya menarikan tari saman?
Nah, disni mereka memisahkan diri sebagai tari Ratoh Duek. Namun, banyak orang yang mengira tarian ini adalah tari saman. Suku Gayo tidak mau merusak budayanya. Mereka ingin masyarakat Aceh membuat tariannya sendiri dengan namanya sendiri tanpa mengubah adat sesepuh (tari saman).
Lahirlah Tari Ratoh Duek yang jumlah penarinya harus genap, sedangkan tari saman harus ganjil. Ratoh Duek menggunakan tarian adat tradisional Aceh dan berbahasa Aceh, beda dengan tari saman yang menggunakan bahasa Gayo. Alat musik ratoh duek pun menggunakan rebana.

11. Tari Seudati
Tarian Seudati cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara bersama. Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.
Kata seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain , yang berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam.


12. Tari Tarek Pukat
Sejarahnya Tari Tarek Pukat , terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja, karena masyarakat Aceh saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan. Saat menangkap ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan menangkap ikan bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.
Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama dan kebersamaan. Musiknya pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang penari wanita. Dengan kostum busana tradisional khas Aceh, mereka membawa seuntai jala dipinggangnya, hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan kekiri, masing-masing tali akan dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas, dan dililitkan lagi, hingga pada endingnya tali itu akan berbentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai seni yang terkandung didalamnya. Saat ini, tarian ini biasa diadakan di acara resmi, acara penyambutan dan perayaan tertentu.

13. Tari Ula-ula Lembing
Tarian Ula-ula Lembing adalah tarian yang bernuansa bahagia. Dulu, digunakan untuk ritual adat dan acara pernikahan. Background latar tarian ini, seperti mendengarkan lagu seputar Arab.
Cara mengenakan  kerudung penarinya beraneka ragam, ada yang menggerai seperti jilbab, ada juga yang seperti ciput.
B. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA
14. Tari Balanse Madam
Tari Balanse Madam sebuah tari tradisional yang terdapat di Seberang Palinggam Kota Padang, yang menjadi milik dan warisan budaya masyarakat Suku Nias Kota Padang. Tari Balanse Madam merupakan sebuah kesenian tari yang berupa peninggalan budaya lama yang telah ditransmisikan secara turun temurun dalam masyarakat suku Nias di Seberang Palinggam.
Awal lahirnya Tari Balanse Madam adalah akibat seringnya terjadi kontak (hubungan) sosial antara bangsa Portugis sebagai majikan dengan orang Nias sebagai bawahan atau pekerja. Setiap pesta yang dilakukan oleh bangsa Portugis baik di kapal ataupun di daratan selalu diperkenalkan tarian yang berbentuk tari pergaulan seperti dansa kepada orang-orang Nias.

15. Tari Guro-goro Aron  ( Tari  Terang Bulan )
Guro-guro Aron adalah arena muda-mudi Karo untuk saling kenal dan sebagai lembaga untuk mendidik anak muda-mudi mengenal adat.
Dahulu acara ini dibuat sebagai salah satu alat untuk membudayakan seni tari Karo agar dikenal dan disenangi oleh muda-mudi dalam rangka pelestariannya.
Acara ini dilengkapi dengan alat-alat musik khas Karo yakni: Sarune, gendang (singindungi dan singanaki), juga dari penganak.

16. Tari Baluse

Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.




17. Tari Endeng-endeng

Yang menjadi daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan. Biasanya lagu yang dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu empat jam.
Endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil).
Endeng-endeng dapat dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan ekspresi gembira masyarakat sehari- hari.

18. Tari Maena
Tarian Maena terlihat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak memerlukan keahlian khusus
Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan
Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma),

19. Tari Moyo ( Tari Elang )    
        

Tari moyo atau tarian elang juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung elang






20. Tari Piso Surit
Piso Surit adalah tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Batak Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas orang karo.
Sebenarnya Piso Surit adalah bunyi sejenis burung yang suka bernyanyi. Jenis burung tersebut dalam bahasa karo disebut "pincala" bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan bunyi seperti "piso serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi oleh Komponis Nasional dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan penyelenggaraan pesta adat di Desa Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit.

21. Tari Tak-tak Garo-garo
Tari ini menggambarkan kehidupan burung, terbang kesana kemari mencari makan dan bersendau gurau dengan kawan-kawanya. Tari ini berasal dari Phakpak, Dairi, Sumatera Utara.





22. Tari Toping-toping ( Huda-huda )
Tari Toping-toping berasal dari daerah Simalungun, menggambarkan kehidupan petani yang sedang turun kesawah dengan suasana gembira, mulai menanam padi hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak memotong padi, mengirik dan menampis padi tergambar melaui motif-motif gerakannya yang lemah gemulai dan lincah.
Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru).
 Pada Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja

23. Tari Tor-tor Tujuh Cawan
Tarian tujuh cawan mengandung arti pada setiap cawannya. Untuk cawan 1 mengandung makna kebijakan, cawan 2 kesucian, cawan 3 kekuatan, cawan 4 tatanan hidup, cawan 5 hukum, cawan 6 adat dan budaya, cawan 7 penyucian atau pengobatan. Kegunaan lain dari tarian ini adalah untuk membuang semua penghalang bagi orang yang hadir disitu, tentunya bagi yang percaya. Biasanya manusia punya kegagalan karna ada penghalang bawaan dari lahir, karma, guna-guna, atau akibat perbuatan sendiri.
Dari segi budaya, tarian ini merupakan tarian spiritual tertinggi di Danau Toba. Sekarang tarian ini juga digunakan untuk pelantikan menteri, walikota, bupati dll. Dari dulu tarian ini sudah menjadi kebanggan di kalangan orang Batak. Tarian ini juga dulunya digelar di opera Batak.
Gerakannya se-irama dengan iringan musik (Margondang) yangdimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti gondang,suling, terompet batak, dan lain-lain.
Tari Tor-Tor Tujuh Cawan tidak bisa dipelajari sembarangan orang kecuali kalau memang sudah jodoh. Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan dianggap sebagai tarian paling unik karena sang penari harus menjaga keseimbangan tujuh cawan yang diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri tiga serta satu di kepala.
24. Tari Tor-Tor Sigale-gale
Sigale-gale merupakan pertunjukan kesenian dari daerah Tapanuli Utara. Si Gale-gale adalah nama sebuah patung yang terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai pengganti anak raja Samosir yang telah meninggal. Untuk menghibur raja maka dibuatlah patung kayu yang di beri nama sigale-gale dan di gerakkan oleh manusia.


25. tari Tor-tor Tongkat Panaluan
Tari tongkat Panaluan adalah sebuah tongkat yang bersifat magis dan terbuat dari kayu yang telah diukir dengan gambar kepala manusia dan binatang, panjang tongkat tersebut diperkirakan lebih kurang 2 (dua ) meter sedangkan tebalnya / besarnya kira – kira 5-6 cm.
Dalam suku batak tongkat panaluan dipakai oleh para datu dalam upacara ritus, dan tongkat ini dipakai para datu (dukun) dengan tarian tortor yang diiringi gondang (gendang) sabangunan.

C. TARIAN TRADISIONAL SUMATRA BARAT
26. Tari Alang Babega Minangkabau
Bila didengar dari namanya dapat ditebak bahwa Tari Alang Babega Minangkabau berasal dari daerah minangkabau, Tarian ini menggambarkan sebuah elang terbang berputar-putar mencari mangsa dengan mengembangkan atau mengibaskan sayap di udara lalu menukik menyambar ayam.




27. Tari Ambek-ambek Koto Anau
Tarian Ambek-ambek Koto Anau ,  berasal dari provinsi sumatera barat. Tari Ambek-Ambek menceritakan polah tingkah  anak-anak yang sedang bermain, bergelut, atau bercanda pura-pura berkelahi dengan menggunakan gerakan pencak atau merupakan olah gerak dan rasa sebagai satu bentuk materi permainan anak nagari. tari Ambek-Ambek adalah tari tradisi Koto Anau.


28. Tari Indang Minangkabau
Tarian  indang juga merupakan sebuah  kesenian tari yang berasal dari minangkabau . Tari  indang berasal dari kata Indang atau disebut juga badindin . Etnik minangkabau menyimpan banyak kekayaan tradisi lisan. Tarian ini sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang disampaikan secara berkelompok sambil berdendang dan memainkan rebana kecil. Pentas Tari Indang biasa diramaikan tujuh penari yang semuanya laki-laki. Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin seorang guru yang disebut tukang dzikirindang merupakan manifestasi budaya mendidik lewat surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau.

29. Tari Lilin
Tari Lilin adalah tarian tradisional Sumatera Barat. Tari lilin ini merupakan tarian istana pada zaman dahulu yang dilakukan pada malam hari. Para penari yang melakukan tarian lilin terdiri dari beberapa orang yang menggunakan piring kecil yang berisi lilin menyala ditangannya. Tari lilin selalu diiringin oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi. Tari lilin dilakukan dengan sangat hati-hati, agar piring yang ada ditangan tidak jatuh serta lilin yang ada dalam piring tersebut tidak mati.


30. Tari Pasambahan
Minangkabau memang banyak menyimpan kesenian tari  , Demikian juga Tari Pasambahan ini, merupakan kesenian tari yang berasal dari Minangkabau. Tari Pasambahan merupakan tari  sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu yang datang. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan saat menyambut tamu dan saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Setelah Tari Pasambahan kemudian dilanjutkan dengan suguhan Daun Sirih dalam Carano kepada Sang tamu, sedangkan pada acara penyambutan pengantin pria, Daun sirih dalam Carano disuguhkan kepada pengantin pria sebagai wakil rombongan dan juga kepada kedua orangtua pengantin pria.

31. Tari Payung
Mendengar dari namanya yaitu Tari Payung , sudah pasti Payung di pakai sebagai penanda tari ini , Tari Payung adalah tarian  klasik yang berasal dari Daerah Minang, yang  menggambarkan kasih sayang seorang kekasih yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tari payung memang merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.

32. Tari Piring
Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut.
Tari piring merupakan salah satu seni tarian Minangkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan Minangkabau.
33. Tari Rancak Minangkabau
Merupakan Tari yang mengandung unsur religius yang menggambarkan keteguhan hati masyarakat Bawean dalam iman Agama Islam,  yaitu merupakan agama yang banyak dianut masyarakat seluruh Bawean. Syair dan geraknya menggambar kecintaan pada Sang Khaliq Allah SWT dan kekasih  hati utama Rasul Nabi Akhiruzzaman Muhammad SAW sang pembawa kebenaran.



34. Tari Randai           
Tarian Randai  merupakan gabungan dari seni peran, seni tari, seni musik dan seni beladiri. Randai  adalah pertunjukan teater khas Minangkabau , Sesuai dengan kebiasaan masyarat setempat, pertunjukan randai diadakan di lapangan terbuka di kampung kampung. Hampir seluruh nagari di kabupaten Solok dan juga Sumatera Barat memiliki kelompok randai. Anggota kelompok randai terdiri dari anak anak dan orang dewasa. Pada zaman dahulu aslinya tidak ada wanita yang menjadi anggota randai, sehingga untuk memerankan seorang wanita salah seorang anggota randai didandani mirip wanita. Pemain pemeran wanita ini disebut bujang gadih. Seiring perkembangan zaman, sekarang sudah banyak kelompok randai yang memiliki anggota wanita.

35. Tari Rantak Minangkabau
Seni budaya ini sangat cocok dengan bahasa dan gaya bahasa masyarakat kerinci daerah Tanjung dalam menembangkanya nyayian (pengasuh) untuk mengiri kesenian dan tarian. Tari Rantak diperkirakan telah ada sejak lama sekali di daerah Kabupaten Kerinci. Menurut seniman-seniman senior (tua), kesenian ini telah dipelajari dan di laksanakan jauh sebelum mereka lahir namun asal-usulnya menjadi kabur seiring perjalanan waktu dan kurangnya perhatian dari sejarawan setempat.
Tari Rantak dari Kerinci ini terus di jaga secara turun-temurun oleh seniman budaya Kerinci lokal dari generasi ke generasi, walaupun kerberadaannya sangat sedikit pada saat ini dan mulai pudar.  Daerah Tanjung berada di hilir menyusuri sepanjang pinggiran sungai yang mengalir menuju Danau Kerinci. Hal ini terlihat dari lirik dan pantun serta bahasa Kerinci Hilir yang digunakan dalam mendendangkan lagu yang mengiringi gerakan tarian (pengasuh).

36. Tari Tempurung
Tari Tempurung adalah tarian yang menggunakan tempurung sebagai pelengkap tariannya, dikenal sekitar tahun 1952 oleh Ali Muhammad, sekitar tahun 1970 hingga 1980 tari Tempurung dikenal sampai ke Nagari Ayei Dingin Padang Sibusuk, tetapi pada tahun 1990 sampai sekarang tari Tempurung sudah jarang ditarikan oleh masyarakat di Kanagarian Batu Manjulur.
 Fungsi tari Tempurung sebagai hiburan bagi masyarakat Batu Manjulur dan sebagai media komunikasi untuk mengumpulkan masyarakat Batu Manjulur. Busana khas Minangkabau yang berwarna hitam digunakan sebagai tata busana tari Tempurung. Tari Tempurung saat ini kurang eksis di masyarakat Kanagarian Batu Manjulur, faktor penyebabnya adalah kurang minatnya generasi muda untuk mempelajari tari tradisional karena tari Tempurung yang monoton dari segi gerak dan musik pengiringnya.
D. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
37. Tari Joget lambak 
 Tari Joged Lambak adalah tarian yang kental dengan budaya Melayu. Gerak tariannya cenderung lemah gemulai sementara lagu-lagu yang ditarikan adalah lagu atau irama joget seperti Serampang Laut, Tanjung Katung, dan Anak Kala. Alat musik yang digunakan antara lain gendang, gong atau tetawak.
38. Tari Makan Sirih
Tari Makan Sirih, biasanya disebut tari persembahan yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan persahabatan dan kekerabatan.

39. Tari Makyong
 Tarian Makyong adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan di pematang sawah selepas memanen padi. Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.
40. Tari Malemang
Tari melemang diperkirakan sudah ada sejak abad 12 dan awalnya dikenal sebagai tarian istana Kerajaan Bentan. Tarian yang memadukan unsur tari, musik, dan menyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan kerajaan dan dipentaskan oleh 14 orang yang masing-masing memainkan peran. Kata melemang sendiri berarti berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang dan hal ini memang tampak pada kecakapan serta kegesitan para penari dalam mengambil sesuatu, misalnya uang receh atau sapu tangan. Kini, tari Melemang sudah menjadi pertunjukan hiburan rakyat dengan durasi sekitar satu jam.

41. Tari Tandak
Tari tandak dikenal sebagai tari pergaulan yang digemari masyarakat setempat dan menjadi media silaturahmi tempat bertemunya antara pemuda dan pemudi antar kampung. Tarian ini adalah gabungan antara seni tari dan sastra dan dipentaskan oleh laki-laki dan perempuan pada malam hari.



42. Tari Zapin 
Tari zapin telah lama berkembang di banyak daerah di Indonesia dan salah satunya di Kepulauan Riau. Tari ini banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan sarat kandungan agama dan  tata nilai.  Tarian ini mempertontonkan gerakan kaki cepat mengikuti pukulan gendang (marwas). Zapin awalnya hanya dilakukan penari lelaki namun kini penari perempuan juga ditampilkan.


E. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI JAMBI
43. Tari Elang Mengipeh
            Sebuah karya tari baru hasil dari kegiatan pengolahan yang diangkat dari tari tradisi Klik Elang. Beberapa gerak Tari Klik Elang yang dianggap spesifik tetap  dipertahankan. Pengembangan gerak yang dilakukan tetap mengacu pada gerak tari daerah Jambi sebagai dasar pengolahan, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah karya tari baru dengan tidak menghilangkan nilai kedaerahan dan mana tari itu berasal.  Garapan Tari Elang Mengipeh ini adalah sebuah tari bertema yang berbentuk tari kelompok dan dalam penampilannya didukung oleh 3 orang penari putri. Dalam tari Elang Mengipeh ini menggunakan property selendang dan kipas, selendang melambangkan kepak atau sayap dari burung elang sedangkan kipas melambangkan kuku-kuku burung tersebut. Untuk musik pengiring tarinya menggunakan gendang, kelintang perunggu, gong, akordion, biola dan beduk.
Elang Mengipeh ditata oleh Sri Purnama Syam, sedang musik ditata oleh Syamsuri.

44. Tari Inai
Gerakan tari inai umumnya menggunakan gerakan-gerakan silat dengan iringan musik Kelintang Perunggu, Gendang dan Gong. Tari Inai, adalah sebuah tarian sakral yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara adat pengantin etnis melayu timur yang berada di tanjung Jabung Timur yang disebut Malam Tari Inai. Tari Inai ditarikan oleh 5 atau 7 pasang penari yang tampil secara bergiliran dengan menggunakan property kembang lilin. 5 atau 7 pasang penari tersebut masing-masing menggambarkan tokoh-tokoh nenek moyang masyarakat Melayu Timur yang terdapat di Tanjung Jabung Timur, yaitu Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir atau Lekiu, Hang Kasturi, Dewa Safri, Dandan Setia dan Sidang Budiman sebagai tokoh yang diwakili oleh penari pria. Sedangkan penari wanita mewakili tokoh Putri Siti Zubaidah, Putri Suri Maknikam, Putri Intan Baiduri, Putri Intan Terpilih, Putri Intan Gemale, Putri Intan Teserlah dan Putri Begubang.
45. Tari Liang Asak
Tari ini diangkat dari kebiasaan masyarakat setempat pada saat menugal, menanam padi di sawah yang dilakukan oleh bujang gadis. Kebiasaan ini dilakukan secara turun termurun dari nenek moyangnya.
Dipentaskan dalam bentuk berpasangan yaitu putra dan putri. Jumlah penari yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima pasang penari. Tari liang asak ini ditata dan dikembangkan oleh Elmawati dan Ali Tayib. Dipentaskan dalam bentuk berpasangan yaitu putra dan putri. Jumlah penari yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima pasang penari.
Gerak tari yang digunakan adalah langkah tak jadi, stap, zig-zag, tudung awan dan nyilau, Gerak-gerak tersebut menggambarkan bagaimana proses menugal dan menanam padi sambil bersendagurau bersama pasangannya. Sang putra menugal sedangkan putri menabur benih.

46. Tari Niti Mahligai
Niti Naik Mahligai  adalah sebuah upacara yang dulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo. Niti Mahligai, ditata oleh Epa Bramanti Putra yang diadaptasi dari sebuah upacara tradisional masyarakat Kerinci,  Niti Naik Mahligai.
Alat musik yang digunakan adalah Gendang Dap diiringi dengan lantunan ‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik

47. Tari Sekato
Tari ini adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari yang dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri dari 4 orang penari putra dan 4 orang penari putri. Tari ini menggunakan properti Kipas dan Payung dimana peggunaan Kipas dan Payung selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk senjata dan perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari ini antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun kipas.


48. Tari Rauh ( Rantau Pandan )
Tari Tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tari tradisional vang. sangat disukai oleh masyarakat. Tari Tauh biasanya ditarikan ketika menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan ketika Beselang Gedang (gotong royong menuai padi). TAUH, adalah suatu tari yang menggambarkan tentang pergaulan/hubungan muda mudi (Bujang Gadis) pada zaman dahulu sampai sekarang yang diwariskan secara turun temurun. Jumlah penari Tauh adalah 8 orang (4 wanita dan 4 laki-laki) dan termasuk jenis tari tradisi kerakyatan dengan lama pementasan tergantung kondisi sesuai panjang pantun dan kesanggupan penari dan tidak jarang dari senja hari sampai pagi hari. Adapun musik pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, Gendang dan Biola, kostum yang dipakai adalah pakaian Melayu.

F. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
49. Tari Gending Sriwijaya

Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya.
50. Tari Kebagh
Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.
Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang. Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai.
51. Tari Sebimbing Sekundang
Tari ini merupakan tari tradisional masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu yang ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu kehormatan yang berkunjung di daerah ini. Tarian ini diperagakan baik di dalam gedung maupun di tempat terbuka yang dilakukan oleh 9 penari, 1 orang puteri pembawa tepak, 2 orang pembawa rempah-rempah, 1 orang pembawa payung agung dan 2 orang pengawal. Gerak tarian, pakaian dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari gerak, pakaian dan musik tari-tari tradisional dari berbagai Kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar motto "Bumi Sebimbing Sekundang" yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.

52. Tari Tanggai ( Tari Tepak )
 Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang berkunjung ke daerahnya.

G. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI BANGKA BELITUNG
53. Tari  Beripat

Tari beripat merupakan perlombaan adu ketangkasan. Yang mana ada dua orang penari membawa rotan. Setiap penari mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Mana luka yang paling sedikit dialah pemenangya. Dalam setiap gerakan, diselingi gerak dan irama tari.




54. Tari Campak
 Tarian campak ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara seperti penyambutan tamu besar, pernikahan dan lain-lain. Merupakan tarian tradisional dari daerah kepulauan Bangka Belitung yang menggambarkan pergaulan  pria dan wanita dengan ekspresi dan gerakan yang menggambarkan kegembiraan.
Kostum yang digunakan oleh para penari Tari Campak ini juga merupakan perpaduan budaya Melayu dan budaya Eropa. Pada kostum penari wanita, penari menggunakan pakaian yang sangat kental akan gaya busana Eropa seperti gaun panjang dan sepatu hak tinggi. Sedangkan kostum penari pria sangat kental akan gaya busana Melayu seperti kemeja, celana panjang, peci, dan selendang.

55. Tari Men Sahang Lah Mirah

Tari Men Sahang Lah Mirah menggambarkan masyarakat Bangka Belitung yang sedang bersuka-ria dalam memanen hasil ladangnya yang berupa lada putih (sahang sebutan untuk Bangka belitung) di mana dalam memanen hasil ladangnya masyarakat  Bangka Belitung selalu memanjatkan puji syukur pada Allah, sang pencipta alam semesta ini,





56. Tari Pendulang Timah

Tari Pendulang Timah kreasi Sanggar Tari Belitong Lesong Batang, Kelurahan Lesung Batang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, merupakan tarian menggambarkan rakyat Bangka Belitung mendulang Timah secara tradisional.



57. Tari Sekapur Sirih
 Tari sekapur sirih biasa ditarikan 10 sampai 12 penari. Diantara para penari ini biasanya terdapat dua penari laki-laki yang berposisi di belakang. penari membawa sebuah wadah yang berisi sirih sebagai tanda kehormatan kepada para tamu penting yang datang di satu acara perhelatan besar yang sedang digelar masyarakat Belitung.
Gerakan-gerakan lincah penari yang bergerak ke kanan dan kiri diiringi musik tradisional gambus khas Belitung membuat tarian ini begitu rancak.
Dalam salah satu gerakannya para penari ini menerbangkan atau menyebarkan bunga-bunga sebagai tanda penolak bala.  Para penari juga mendekati para tamu kehormatan yang duduk di barisan terdepan dan memberikan sirih yang tersimpan dalam sebuah kotak sebagai tanda kehormatan.
58. Tari Sepen
 Merupakan tarian tradisional masyarakat kepulauan Belitung yang di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan tari tradisional dari daerah Bangka Belitung yang sangat kental akan budaya melayu, baik dari segi kostum, pengiring dan beberapa gerakan di dalamnya. Tari Sepen ini biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat datang pada acara penyambutan tamu besar yang datang kesana.


H. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI BENGKULU
59. Tari Bidadari Terminang Anak

         Tari Bidadari Teminang Anak, dapat pula diartikan bidadari meminan anak.
         Tari adat ini berasal dari Rejang Lebong





60. Tari Ganau
            Tari Ganau, merupakan tarian yang diiringi dengan musik. Didominasi oleh iringan mandolin, rebab dan kendang serta lagu dengan irama melayu. Tarian ini dimainkan oleh sekelompok penari wanita dan laki-laki. Dimulai dengan tempo gerakan yang lambat diakhiri dengan gerakan yang cepat dan menghentak-hentak. Gerakan tangan, serta melompat dan dan formasi yang harmonis dengan iringan musik merupakan ciri khas yang dari tarian



61. Tari Kejei
Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap musim panen raya datang. Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion.



62. Tari Lanan Belek
Tari Lanan Belek, tari ini diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang seorang bidadari yang terpaksa tertinggal, karena saat lagi mandi bersama-sama temannya yang lain selendangnya diambil orang. Suatu saat selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali pulang meninggalkan si pemuda yang mendendam.

63. Tari Persembahan Rejang
Tari Penyambutan di Inspirasi Tari Kejai yang sakral dan Agung di Tanah Rejang
Tari Penyambutan adalah Tari Kreasi Baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejai. Terinspirasi oleh tari Kejai karena Suku Rejang sendiri jaman dahulu tidak mempunyai Tari Penyambutan, di jaman dahulu penyambutan tamu dilakukan dengan upacara adat. Tari Kejai adalah tarian sakral dan agung, sehingga sangat pantas untuk di persembahkan untuk Penyambutan Tamu, seperti Pejabat Tinggi Negara, Menteri, Bupati yang berkunjung ke Tanah Rejang . alat musik Tari Penyambutan memakai alat musik khas tradisional Suku Rejang, yaitugong dan kalintang, yang dari jaman dahulu kala di pakai pada musik pengiring tarian sakral dan agung Suku Rejang yaitu Tari Kejai.

I. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG
64. Tari Cangget
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).
65. Tari Melinting 
Salah satu kesenian tradisional yang hidup di Desa Wana adalah Tari Melinting. Di lihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting yaitu Pangeran Panembahan Mas, yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Betawi). Tari Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan pelengkap pada saat acara Gawi Adat. Gerak dalam tari Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap gerakan mempunyai maksud atau makna.
Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan antara gerakan penari putra dan putri meliputi : babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti batang, luncat kijang, dan lapah ayun.
66. Tari Bedana
 Tarian Bedana merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang dipentaskan di daerah lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama Islam merupakan tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
67.  Tari Sigeh Pengunten

Tari sigeh pengunten (siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan tari tradisi asli masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, Tari Sigeh Pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Koreografi tari ini juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional Lampung untuk merepresentasikan budaya Lampung yang beragam.






SEMOGA BERMANFAAT

1 comment:

  1. Kepada blogger dimohon dengan hormat untuk menghapus gambar/foto Tari Seudati, yaitu foto 7 orang penari yang menggunakan baju berwarna hijau dengan aksesoris berwarna oren. Saya adalah salah satu penari di foto tersebut. Bahwa kami adalah penari Kalimantan Barat yang saat itu tampil di TMII di gedung Sasono Langen Budoyo akhir tahun 2008. Jadi tarian itu bukanlah tarian yang berasal dari Aceh. Selain itu kami semua saat ini juga sudah menggunakan hijab, sehingga dimohon dengan sangat bantuannya untuk menghapus foto tersebut. Atas kerjasamanya kami ucapkan banyak terimakasih. Semoga Tuhan membalas kebaikan anda.

    ReplyDelete