67 TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA ( SUMATERA UTARA,
SUMATERA SELATAN, SUMATERA BARAT, ACEH, RIAU, JAMBI, LAMPUNG, JAMBI, BENGKULU,
BANGKA BELITUNG ) , GAMBAR DAN
KETERANGAN LENGKAP.
Sumatera termasuk dalam lima pulau besar di indonesia dan
memiliki keaneka ragaman jenis tarian tradisional yang merupakan ciri khas
Sumatera dan menjadi kebanggaan negara Indonesia,
Berikut ini adalah keterangan lengkap tarian di semua
propinsi sumatera dan gambarnya .
No
|
PROVINSI
|
NAMA TARIAN
TRADISIONAL
|
A
|
Nangroe Aceh Darussalam
|
1. Tari Rapai Geleng
2. Tari bines
3. Tari Didong
4. Tari Laweut
5. Tari Likok Pulo
6. Tari Meuseukat
7. Tari Pho
8. Tari Ranub Lampuan
9. Tari Ratoh Duek
10. Tari Saman
11. Tari Seudati
12. Tari Tarek Pukat
13. Tari Ula-ula Lembing
|
B
|
Sumatera Utara
|
14. Tari Balanse Madam
15. Tari Guro-goro Aron ( Tari Terang Bulan )
16. Tari Baluse
17. Tari Endeng-endeng
18. Tari Maena
19. Tari Moyo ( Tari Elang )
20. Tari Piso Surit
21. Tari Tak-tak Garo-garo
22. Tari Toping-toping (
Huda-huda )
23. Tari Tor-tor Tujuh Cawan
24. Tari Tor-Tor Sigale-gale
25. tari Tor-tor Tongkat
Panaluan
|
C
|
Sumatera Barat
|
26. Tari Alang Babega Minangkabau
27. Tari Ambek-ambek Koto Anau
28. Tari Indang Minangkabau
29. Tari Lilin
30. Tari Pasambahan
31. Tari Payung
32. Tari Piring
33. Tari Rancak Minangkabau
34. Tari Randai
35. Tari Rantak Minangkabau
36. Tari Tempurung
|
D
|
Riau dan kepulauan Riau
|
37. Tari Joged Lambak
38. Tari Makan Sirih
39. Tari Makyong
40. Tari Melemang
41. Tari Tandak
42. Tari Zapin
|
E
|
Jambi
|
43. Tari Elang Mengipeh
44. Tari Inai
45. Tari Lenggang Kipas Layang
45. Tari Liang Asak
46. Tari Niti Mahligai
47. Tari Sekato
48. Tari Rauh ( Rantau Pandan )
|
F
|
Sumatera Selatan
|
49. Tari Gending Sriwijaya
50. Tari Kebagh
51. Tari Sebimbing Sekundang
52.
Tari Tanggai ( Tari Tepak )
|
G
|
Bangka Belitung
|
53. Tari Beripat
54. Tari Campak
55. Tari Men Sahang Lah Mirah
56. Tari Pendulang Timah
57. Tari Sekapur Sirih
58. Tari Sepen
|
H
|
Bengkulu
|
59. Tari Bidadari Terminang Anak
60. Tari Ganau
61. Tari Kejei
62. Tari Lanan Belek
63. Tari Persembahan Rejang
|
I
|
Lampung
|
64. Tari Cangget
65. Tari Malinting
66. Tari Sekura Heboh
67. Tari Sigeh Pengunten
|
Untuk memperjelas semua tarian yang ada di provinsi Sumatera
, berikut gambar dan penjelasannya.
A. TARIAN TRADISOINAL Nanggroe Aceh Darussalam
1. Tari Rapai Geleng
Tarian Rapai
Geleng, dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai
(tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan
berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari
hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga
sangat dinikmati dan menyenangkan.
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah
lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan
lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan
penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”.
2. Tari Saman
Tarian ini kira-kira dimainkan oleh 9 atau lebih, yang terpenting jumlahnya
harus ganjil. Dalam tarian ini, semua penari bergerak dengan
sangat kompak, gerakan yang dianggap klimaks dari semua gerakan adalah ketika
penari-penari itu mengangkat tangannya ke langit, dan memegang tangan temannya.
Gerakan dalam tari saman seperti gerak guncang,
lingang, surang-saring, dan kirep. Gerakannya mengandung tepuk dada dan tepuk tangan. Dimana sebagian penari menunduk, sebagian lagi
seolah menegadah kebelakang, sebagian lagi mengangkat tangan.
Dalam menyanyikan lagu dan syair pada tari saman
dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam
tari saman dibagi dalam 5 macam :
Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
Dering, yaitu regnum yang segera diikuti oleh semua
penari.
Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang
dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang
penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan
gerak.
Kostum yang digunakan dalam tari saman adalah
kostum suku Gayo, dan dikendalikan oleh penari tengah. Tari saman tidak
menggunakan alat musik lainnya, mereka memanfaatkan bunyi suara yang dihasilkan
dari tepukan tangan. Tarian ini dikhususkan untuk laki-laki, karena
gerakannya sangat kuat dan menguras tenaga.
Tarian ini masuk ke daftar
UNESCO. Dan sejak itulah, tari saman tidak diperbolehkan ditarikan oleh
perempuan, kostum yang digunakan pun tidak sembarangan dan bahasa yang
digunakan pun harus bahasa suku Gayo.
3. Tari bines
Jumlah penari Bines diharuskan berjumlah genap,
entah 10, 12 atau berapapun (tidak ada ketentuan jumlah). Ciri khas dari tarian
ini ditarikan dari gerakan lambat sampai gerakan cepat hingga akhirnya berhenti
serentak. Hampir mirip dengan tarian saman. Disebutnya saja, bagian dari tari
saman. Kostum yang digunakan di tarian ini adalah, baju lukup, kain sarung
seragam, kain pajang, hiasan leher, dan hiasan tangan seperti topong gelang. Lagu yang dilantunkan di tari ini adalah jangin
bines.
Salah satu
keunikan tari ini, bila kamu
ingin memberikan uang pada penari, kamu harus menyimpan uangmu di atas kepala
penari. Uang itu dianggap sebagai ganti bunga yang diberikan dari penari
(biasanya ada di akhir acara).
4. Tari Didong
Gerakan tarian Didong, duduk dan bermain dengan kedua tangan. Sampai mereka menyanyikan sebuah
lagu, dan menepakkan tangan dengan ketukan yang berbeda seperti tari kecak.
Tarian ini tidak menggunakan alat musik latar, karena penarinya akan
mengeluarkan nada-nada seperti musik dari mulutnya. Didong adalah kesenian yang menyatukan beberapa
unsur seperti tari, vokal dan sastra.
Kata Didong pun mengandung arti ‘nyanyian sambil
bekerja’, ada pun yang berpendapat didong berasal dari suara musik yang
seolah-olah mengatakan ‘din’ dan ‘dong.
Tarian ini ada kali pertama ketika ada
salah seorang seniman yang bernama Abdul Kadir To’et yang peduli dengan
kesenian ini. Saat itu kesenian ini digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener
Meriah.
5. Tari Laweut
Tarian Laweut , biasanya ditarikan oleh
8 orang wanita dan 1 penyanyi. Syair-syairnya yang dilantunkan berupa ayat-ayat
Islam atau dakwahan. Gerakan dalam tarian ini, hampir sama dengan tari saman,
bedanya mereka menarikan secara berdiri, tanpa iringan alat musik.
Kata ‘laweut’ berasal dari
shalawat atau pujian pada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini berasal dari Kab.
Pidie, Aceh. Dulunya tarian ini disebut tari seudati.
6. Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu
tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran
kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir
punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988
hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian
ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh
Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota Banda Aceh. Maka
tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media
pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama
pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang
penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di
desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya
dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada
malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai
dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo
komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang
diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri
dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang
diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.
7. Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler
di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau
12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan
cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan
dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan
lambat sampai dengan gerakan cepat.
8. Tari Pho
Tarian ini dibawakan oleh perempuan, zaman dulu
tarian ini ditarikan sebagai simbolin bahwa orang tersebut sedang bersedih hati
atau berduka cita. Namun setelah masuknya agama Islam di Aceh, tarian ini
menjadi kesenian rakyat saja. Kata “Pho “ ini berasal dari kata peubae, jika diartikan dalam
bahasa Aceh seperti sebutan penghormatan.
Sejarah singkatnya, ada seorang gadis yatim piatu
yang sangat cantik, ia diasuh oleh kakak Ibunya. Dan pengasuhnya memiliki
seorang anak laki-laki, hingga akhirnya anak laki-laki dan gadis tersebut
saling jatuh cinta. Namun ada pihak yang iri dan sakit hati karena ditolak oleh
gadis tersebut. Akhirnya mereka difitnah telah berzinah, saat itu hukuman orang
berzinah sangat fatal yaitu hukuman mati. Akhirnya mereka dihukum mati.
Akhirnya Ibunya laki-laki tersebut berduka sambil
menari-nari untuk mengekspresikan kesedihannya dan lahirlah tari Pho.
9. Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari
ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung
ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara
Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari
wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari
ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub)
yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya.
Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.
10. Tari Ratoh Duek
Tari Ratoh Doek , dilakukan penari wanita yang berjumlah 10 ataupun lebih,
dengan 2 orang syahie atau penyanyi. Tarian ini menggambarkan makna yang
diambil dari kehidupan sehari-hari. Kekompakan, keselarasan, sifat optimis, dan
tegas. Hal ini terlihat dari harmoni para penari yang bertepuk tangan sesuai
irama.
Kata ratoh diambil dari bahasa Arab yang artinya
Rateb, dan kata ‘duek’ berasal dari bahasa Aceh sendiri yang artinya duduk.
Tarian ini pun kadang disebut dengan ratoh jaroe.
Gerakan tarian ini hampir sama dengan tari saman, Setelah Tari Saman diakui UNESCO sebagai Budaya
Warisan Manusia, sejak itu pula tari saman tidak diperbolehkan diikuti oleh
wanita.
Bagaimana nasib para penari wanita yang dulunya
menarikan tari saman?
Nah, disni mereka memisahkan diri sebagai tari
Ratoh Duek. Namun, banyak orang yang mengira tarian ini adalah tari saman. Suku
Gayo tidak mau merusak budayanya. Mereka ingin masyarakat Aceh membuat
tariannya sendiri dengan namanya sendiri tanpa mengubah adat sesepuh (tari
saman).
Lahirlah Tari Ratoh Duek yang jumlah penarinya
harus genap, sedangkan tari saman harus ganjil. Ratoh Duek menggunakan tarian
adat tradisional Aceh dan berbahasa Aceh, beda dengan tari saman yang
menggunakan bahasa Gayo. Alat musik ratoh duek pun menggunakan rebana.
11. Tari Seudati
Tarian Seudati cukup berkembang di Aceh
Utara, Pidie dan Aceh Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai
macam masalah yang terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu
persoalan secara bersama. Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian
pesisir yang disebut ratoh atau ratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan
untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria
ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.
Kata seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain , yang
berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa
kata seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak.
Seudati mulai dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam
memanfaatkan tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama
Islam.
12. Tari Tarek Pukat
Sejarahnya Tari
Tarek Pukat , terinspirasi dari tradisi nelayan. Wajar saja,
karena masyarakat Aceh saat itu sebagian besar profesinya adalah seorang nelayan.
Saat menangkap ikan, mereka bergotong royong membuat jala dan menangkap ikan
bersama-sama, dan hasilnya pun akan dibagi kepada warga sekitar.
Makna dalam tarian ini singkatnya adalah kerja sama
dan kebersamaan. Musiknya pun menggunakan alat musik tradisional.
Tarian ini biasanya terdiri dari sekitar 7 orang
penari wanita. Dengan kostum busana tradisional khas Aceh, mereka membawa
seuntai jala dipinggangnya, hingga akhirnya, dengan gerakan ke kanan dan
kekiri, masing-masing tali akan dikaitkan pada teman sebelahnya, lalu dilepas,
dan dililitkan lagi, hingga pada endingnya tali itu akan berbentuk jala.
Walau gerakannya seperti itu-itu saja, ada nilai
seni yang terkandung didalamnya. Saat ini, tarian ini biasa diadakan di acara
resmi, acara penyambutan dan perayaan tertentu.
13. Tari Ula-ula Lembing
Tarian Ula-ula Lembing adalah tarian yang
bernuansa bahagia. Dulu, digunakan untuk ritual adat dan acara pernikahan. Background latar tarian ini, seperti
mendengarkan lagu seputar Arab.
Cara mengenakan kerudung
penarinya beraneka ragam, ada yang menggerai seperti jilbab, ada juga
yang seperti ciput.
B. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA
14. Tari Balanse Madam
Tari Balanse Madam sebuah
tari tradisional yang terdapat di Seberang Palinggam Kota Padang, yang menjadi
milik dan warisan budaya masyarakat Suku Nias Kota Padang. Tari Balanse Madam
merupakan sebuah kesenian tari yang berupa peninggalan budaya lama yang telah
ditransmisikan secara turun temurun dalam masyarakat suku Nias di Seberang
Palinggam.
Awal lahirnya Tari Balanse Madam adalah akibat
seringnya terjadi kontak (hubungan) sosial antara bangsa Portugis sebagai
majikan dengan orang Nias sebagai bawahan atau pekerja. Setiap pesta yang
dilakukan oleh bangsa Portugis baik di kapal ataupun di daratan selalu
diperkenalkan tarian yang berbentuk tari pergaulan seperti dansa kepada
orang-orang Nias.
15. Tari Guro-goro Aron (
Tari Terang Bulan )
Guro-guro Aron adalah arena muda-mudi Karo untuk
saling kenal dan sebagai lembaga untuk mendidik anak muda-mudi mengenal adat.
Dahulu acara ini dibuat sebagai salah satu alat
untuk membudayakan seni tari Karo agar dikenal dan disenangi oleh muda-mudi
dalam rangka pelestariannya.
Acara ini dilengkapi dengan alat-alat musik khas
Karo yakni: Sarune, gendang (singindungi dan singanaki), juga dari penganak.
16. Tari Baluse
Tari baluse
merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias
Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu
atau wisatawan.
17. Tari Endeng-endeng
Yang menjadi daya tarik kesenian ini adalah joget dan tariannya
yang ceria, sesuai dengan lagu-lagu yang dibawakan. Biasanya lagu yang
dibawakan berbahasa Tapanuli Selatan. Setiap tampil, kesenian ini memakan waktu
empat jam.
Endeng-endeng dimainkan oleh sepuluh pemain yakni dua orang bertugas sebagai
vokalis, satu orang pemain keyboard, satu orang pemain tamborin, lima orang
penabuh gendang, dan seorang pemain ketipung (gendang kecil).
Endeng-endeng dapat
dikategorikan sebuah perpaduan tarian dan pencak silat. Tradisi ini lazimnya
dilakukan masyarakat yang sedang menggelar pesat khitanan (sunat rasul) atau
malam pesta perkawinan oleh masyarakat.Tari ini menggambarkan semangat dan
ekspresi gembira masyarakat sehari- hari.
18. Tari Maena
Tarian Maena terlihat simpel dan sederhana, tetapi mengandung makna
kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah menariknya dengan
tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak memerlukan keahlian
khusus
Tari baluse
merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias
Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu
atau wisatawan
Kendala atau
kesulitan satu-satunya adalah terletak pada rangkaian pantun-pantun maena
(fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan event dimana maena itu dilakukan.
Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu orang atau dua orang dan disebut
sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena (fanehe maena) disuarakan oleh
orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan disebut sebagai sanehe maena/ono
maena. Syair maena bersifat tetap dan terus diulang-ulang/disuarakan oleh
peserta maena setelah selesai dilantunkannya pantun-pantun maena, sampai
berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena dibawakan oleh orang yang fasih
bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma),
Tari moyo atau tarian elang juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat. Tarian ini biasanya dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung elang
20. Tari Piso Surit
Piso Surit adalah
tarian Suku Karo yang menggambarkan seorang gadis sedang menantikan kedatangan
kekasihnya. Penantian tersebut sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan
seperti burung Piso Surit yang sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa
Batak Karo sebenarnya berarti pisau dan banyak orang mengira bahwa Piso Surit
merupakan nama sejenis pisau khas orang karo.
Sebenarnya Piso
Surit adalah bunyi sejenis burung yang suka bernyanyi. Jenis burung tersebut dalam bahasa karo disebut "pincala"
bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan bunyi seperti "piso
serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi oleh Komponis Nasional
dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan penyelenggaraan pesta adat di Desa
Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit.
21. Tari Tak-tak Garo-garo
Tari ini
menggambarkan kehidupan burung, terbang kesana kemari mencari makan dan
bersendau gurau dengan kawan-kawanya. Tari ini berasal dari Phakpak, Dairi,
Sumatera Utara.
22. Tari Toping-toping ( Huda-huda )
Tari
Toping-toping berasal dari daerah Simalungun, menggambarkan
kehidupan petani yang sedang turun kesawah dengan suasana gembira, mulai menanam
padi hingga sampai kepada suasana menuai padi. Gerak memotong padi, mengirik
dan menampis padi tergambar melaui motif-motif gerakannya yang lemah gemulai
dan lincah.
Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari
suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan
keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua)
bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh
burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita
orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah
meninggal untuk menghadap yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai
topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki
dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan
yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah
perempuan (daboru).
Pada Zaman dahulu penampilan
huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan
keluarga kerajaan saja
23. Tari Tor-tor Tujuh Cawan
Tarian tujuh cawan mengandung arti pada setiap
cawannya. Untuk cawan 1 mengandung makna kebijakan, cawan 2 kesucian, cawan 3
kekuatan, cawan 4 tatanan hidup, cawan 5 hukum, cawan 6 adat dan budaya, cawan
7 penyucian atau pengobatan. Kegunaan lain dari tarian ini adalah untuk
membuang semua penghalang bagi orang yang hadir disitu, tentunya bagi yang
percaya. Biasanya manusia punya kegagalan karna ada penghalang bawaan dari
lahir, karma, guna-guna, atau akibat perbuatan sendiri.
Dari segi budaya, tarian ini merupakan tarian
spiritual tertinggi di Danau Toba. Sekarang tarian ini juga digunakan untuk
pelantikan menteri, walikota, bupati dll. Dari dulu tarian ini sudah menjadi
kebanggan di kalangan orang Batak. Tarian ini juga dulunya digelar di opera
Batak.
Gerakannya se-irama dengan iringan musik
(Margondang) yangdimainkan dengan alat-alat musik tradisional seperti
gondang,suling, terompet batak, dan lain-lain.
Tari Tor-Tor Tujuh Cawan tidak bisa dipelajari sembarangan orang kecuali
kalau memang sudah jodoh. Lewat turun temurun, tarian tujuh cawan dianggap
sebagai tarian paling unik karena sang penari harus menjaga keseimbangan tujuh
cawan yang diletakkan di kedua belah tangan kanan dan kiri tiga serta satu di
kepala.
24. Tari Tor-Tor Sigale-gale
Sigale-gale merupakan pertunjukan kesenian dari
daerah Tapanuli Utara. Si Gale-gale adalah nama sebuah patung yang terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai pengganti anak raja Samosir yang telah meninggal. Untuk menghibur raja
maka dibuatlah patung kayu yang di beri nama sigale-gale dan di gerakkan oleh
manusia.
25. tari Tor-tor Tongkat Panaluan
Tari tongkat Panaluan adalah sebuah tongkat yang
bersifat magis dan terbuat dari kayu yang telah diukir dengan gambar kepala
manusia dan binatang, panjang tongkat tersebut diperkirakan lebih kurang 2 (dua
) meter sedangkan tebalnya / besarnya kira – kira 5-6 cm.
Dalam suku batak tongkat panaluan dipakai oleh para
datu dalam upacara ritus, dan tongkat ini dipakai para datu (dukun) dengan
tarian tortor yang diiringi gondang (gendang) sabangunan.
C. TARIAN TRADISIONAL SUMATRA BARAT
26. Tari Alang Babega Minangkabau
Bila didengar
dari namanya dapat ditebak bahwa Tari
Alang Babega Minangkabau berasal dari daerah minangkabau, Tarian ini menggambarkan sebuah
elang terbang
berputar-putar mencari mangsa dengan mengembangkan atau
mengibaskan sayap di udara lalu menukik menyambar ayam.
27. Tari Ambek-ambek Koto Anau
Tarian Ambek-ambek Koto Anau , berasal dari provinsi sumatera barat. Tari Ambek-Ambek menceritakan polah tingkah anak-anak
yang sedang bermain, bergelut, atau
bercanda pura-pura berkelahi dengan menggunakan gerakan pencak atau merupakan
olah gerak dan rasa sebagai satu bentuk materi permainan anak nagari. tari
Ambek-Ambek adalah tari tradisi Koto Anau.
28. Tari Indang Minangkabau
Tarian indang juga merupakan sebuah kesenian tari yang berasal dari minangkabau . Tari indang berasal dari kata Indang atau disebut juga badindin . Etnik minangkabau menyimpan banyak kekayaan
tradisi lisan. Tarian ini sesungguhnya suatu bentuk sastra lisan yang
disampaikan secara berkelompok sambil berdendang dan memainkan rebana kecil.
Pentas Tari Indang biasa diramaikan tujuh penari yang semuanya laki-laki.
Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin seorang guru
yang disebut tukang dzikirindang merupakan manifestasi budaya mendidik lewat
surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau.
29. Tari Lilin
Tari Lilin adalah tarian tradisional Sumatera
Barat. Tari lilin ini merupakan tarian istana pada zaman dahulu yang dilakukan
pada malam hari. Para penari yang melakukan tarian lilin terdiri dari beberapa
orang yang menggunakan piring kecil yang berisi lilin menyala ditangannya. Tari
lilin selalu diiringin oleh musik yang dibawakan oleh sekelompok musisi. Tari
lilin dilakukan dengan sangat hati-hati, agar piring yang ada ditangan tidak
jatuh serta lilin yang ada dalam piring tersebut tidak mati.
30. Tari Pasambahan
Minangkabau
memang banyak menyimpan kesenian tari ,
Demikian juga Tari Pasambahan ini, merupakan kesenian tari yang berasal dari Minangkabau. Tari Pasambahan merupakan tari sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan
rasa hormat kepada tamu yang datang. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan saat
menyambut tamu dan saat kedatangan pengantin pria ke rumah pengantin wanita.
Setelah Tari Pasambahan kemudian dilanjutkan dengan suguhan Daun Sirih dalam
Carano kepada Sang tamu, sedangkan pada acara penyambutan pengantin pria, Daun
sirih dalam Carano disuguhkan kepada pengantin pria sebagai wakil rombongan dan
juga kepada kedua orangtua pengantin pria.
31. Tari Payung
Mendengar dari
namanya yaitu Tari Payung , sudah pasti Payung di pakai sebagai penanda tari
ini , Tari Payung adalah
tarian klasik yang berasal dari
Daerah Minang, yang menggambarkan kasih sayang seorang kekasih
yang dilambangkan dengan melindungi dengan payungnya.Tari payung memang
merupakan tari pergaulan muda-mudi sehingga dibawakan secara
berpasang-pasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan
oleh penari pria, bisa juga ditambah dengan selendang untuk penari wanita.Musiknya
cukup variatif, mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat
dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk memeriahkan acara pesta, pameran, dan
lain sebagainya.
32. Tari Piring
Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan
para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian
ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka.
Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di
tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan
saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas
ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut.
Tari piring merupakan salah satu seni tarian
Minangkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan
Minangkabau.
33. Tari Rancak Minangkabau
Merupakan Tari yang mengandung unsur religius yang menggambarkan keteguhan
hati masyarakat Bawean dalam iman Agama Islam, yaitu merupakan agama yang banyak dianut masyarakat seluruh Bawean. Syair dan geraknya menggambar kecintaan pada
Sang Khaliq Allah SWT dan kekasih hati
utama Rasul Nabi Akhiruzzaman Muhammad SAW sang pembawa kebenaran.
34. Tari Randai
Tarian Randai merupakan gabungan dari
seni peran, seni tari, seni musik dan seni beladiri. Randai
adalah pertunjukan teater khas Minangkabau , Sesuai dengan kebiasaan masyarat setempat, pertunjukan randai
diadakan di lapangan terbuka di kampung kampung. Hampir seluruh nagari di
kabupaten Solok dan juga Sumatera Barat memiliki kelompok randai. Anggota
kelompok randai terdiri dari anak anak dan orang dewasa. Pada zaman dahulu
aslinya tidak ada wanita yang menjadi anggota randai, sehingga untuk memerankan
seorang wanita salah seorang anggota randai didandani mirip wanita. Pemain
pemeran wanita ini disebut bujang gadih. Seiring perkembangan zaman, sekarang
sudah banyak kelompok randai yang memiliki anggota wanita.
35. Tari Rantak Minangkabau
Seni budaya ini sangat cocok dengan bahasa dan gaya bahasa
masyarakat kerinci daerah Tanjung dalam menembangkanya nyayian (pengasuh) untuk
mengiri kesenian dan tarian. Tari Rantak diperkirakan telah ada sejak lama sekali di daerah Kabupaten
Kerinci. Menurut seniman-seniman senior (tua), kesenian ini telah dipelajari
dan di laksanakan jauh sebelum mereka lahir namun asal-usulnya menjadi kabur
seiring perjalanan waktu dan kurangnya perhatian dari sejarawan setempat.
Tari Rantak dari Kerinci ini terus di jaga secara
turun-temurun oleh seniman budaya Kerinci lokal dari generasi ke generasi,
walaupun kerberadaannya sangat sedikit pada saat ini dan mulai pudar. Daerah Tanjung berada di hilir menyusuri
sepanjang pinggiran sungai yang mengalir menuju Danau Kerinci. Hal ini terlihat
dari lirik dan pantun serta bahasa Kerinci Hilir yang digunakan dalam
mendendangkan lagu yang mengiringi gerakan tarian (pengasuh).
36. Tari Tempurung
Tari Tempurung adalah tarian yang menggunakan tempurung sebagai pelengkap tariannya, dikenal sekitar tahun 1952 oleh Ali Muhammad, sekitar tahun
1970 hingga 1980 tari Tempurung dikenal sampai ke Nagari Ayei Dingin Padang
Sibusuk, tetapi pada tahun 1990 sampai sekarang tari Tempurung sudah jarang
ditarikan oleh masyarakat di Kanagarian Batu Manjulur.
Fungsi tari Tempurung sebagai
hiburan bagi masyarakat Batu Manjulur dan sebagai media komunikasi untuk
mengumpulkan masyarakat Batu Manjulur. Busana khas Minangkabau yang berwarna
hitam digunakan sebagai tata busana tari Tempurung. Tari Tempurung saat ini
kurang eksis di masyarakat Kanagarian Batu Manjulur, faktor penyebabnya adalah
kurang minatnya generasi muda untuk mempelajari tari tradisional karena tari
Tempurung yang monoton dari segi gerak dan musik pengiringnya.
D.
TARIAN TRADISIONAL PROVINSI RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
37. Tari Joget lambak
Tari Joged Lambak adalah tarian yang kental dengan budaya Melayu. Gerak tariannya cenderung lemah gemulai sementara lagu-lagu yang ditarikan adalah lagu atau irama joget seperti Serampang Laut, Tanjung Katung, dan Anak Kala. Alat musik yang digunakan antara lain gendang, gong atau tetawak.
Tari Joged Lambak adalah tarian yang kental dengan budaya Melayu. Gerak tariannya cenderung lemah gemulai sementara lagu-lagu yang ditarikan adalah lagu atau irama joget seperti Serampang Laut, Tanjung Katung, dan Anak Kala. Alat musik yang digunakan antara lain gendang, gong atau tetawak.
38. Tari Makan Sirih
Tari Makan Sirih, biasanya disebut tari persembahan
yang biasanya digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara-acara
tertentu. Tarian ini menggambarkan bahwa orang melayu Riau menghargai hubungan
persahabatan dan kekerabatan.
39. Tari Makyong
Tarian Makyong adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan di pematang sawah selepas memanen padi. Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.
Tarian Makyong adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan di pematang sawah selepas memanen padi. Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak.
40. Tari Malemang
Tari melemang diperkirakan sudah ada sejak abad 12
dan awalnya dikenal sebagai tarian istana Kerajaan Bentan. Tarian yang
memadukan unsur tari, musik, dan menyanyi ini mengisahkan tentang kehidupan
kerajaan dan dipentaskan oleh 14 orang yang masing-masing memainkan peran. Kata
melemang sendiri berarti berdiri sambil membongkokkan badan ke belakang dan hal
ini memang tampak pada kecakapan serta kegesitan para penari dalam mengambil
sesuatu, misalnya uang receh atau sapu tangan. Kini, tari Melemang sudah
menjadi pertunjukan hiburan rakyat dengan durasi sekitar satu jam.
Tari tandak dikenal sebagai tari pergaulan yang
digemari masyarakat setempat dan menjadi media silaturahmi tempat bertemunya
antara pemuda dan pemudi antar kampung. Tarian ini adalah gabungan antara seni
tari dan sastra dan dipentaskan oleh laki-laki dan perempuan pada malam hari.
Tari zapin telah lama berkembang di banyak daerah
di Indonesia dan salah satunya di Kepulauan Riau. Tari ini banyak dipengaruhi
oleh budaya Arab dan sarat kandungan agama dan
tata nilai. Tarian ini
mempertontonkan gerakan kaki cepat mengikuti pukulan gendang (marwas). Zapin
awalnya hanya dilakukan penari lelaki namun kini penari perempuan juga
ditampilkan.
E. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI JAMBI
43. Tari
Elang Mengipeh
Sebuah karya tari baru hasil dari kegiatan pengolahan yang diangkat dari tari tradisi Klik Elang. Beberapa gerak Tari Klik Elang yang dianggap spesifik tetap dipertahankan. Pengembangan gerak yang dilakukan tetap mengacu pada gerak tari daerah Jambi sebagai dasar pengolahan, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah karya tari baru dengan tidak menghilangkan nilai kedaerahan dan mana tari itu berasal. Garapan Tari Elang Mengipeh ini adalah sebuah tari bertema yang berbentuk tari kelompok dan dalam penampilannya didukung oleh 3 orang penari putri. Dalam tari Elang Mengipeh ini menggunakan property selendang dan kipas, selendang melambangkan kepak atau sayap dari burung elang sedangkan kipas melambangkan kuku-kuku burung tersebut. Untuk musik pengiring tarinya menggunakan gendang, kelintang perunggu, gong, akordion, biola dan beduk.
Sebuah karya tari baru hasil dari kegiatan pengolahan yang diangkat dari tari tradisi Klik Elang. Beberapa gerak Tari Klik Elang yang dianggap spesifik tetap dipertahankan. Pengembangan gerak yang dilakukan tetap mengacu pada gerak tari daerah Jambi sebagai dasar pengolahan, sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah karya tari baru dengan tidak menghilangkan nilai kedaerahan dan mana tari itu berasal. Garapan Tari Elang Mengipeh ini adalah sebuah tari bertema yang berbentuk tari kelompok dan dalam penampilannya didukung oleh 3 orang penari putri. Dalam tari Elang Mengipeh ini menggunakan property selendang dan kipas, selendang melambangkan kepak atau sayap dari burung elang sedangkan kipas melambangkan kuku-kuku burung tersebut. Untuk musik pengiring tarinya menggunakan gendang, kelintang perunggu, gong, akordion, biola dan beduk.
Elang Mengipeh ditata oleh Sri Purnama Syam, sedang
musik ditata oleh Syamsuri.
44.
Tari Inai
Gerakan tari inai umumnya menggunakan
gerakan-gerakan silat dengan iringan musik Kelintang Perunggu, Gendang dan
Gong. Tari Inai, adalah sebuah
tarian sakral yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara adat pengantin etnis
melayu timur yang berada di tanjung Jabung Timur yang disebut Malam Tari Inai. Tari Inai ditarikan oleh 5 atau 7 pasang penari
yang tampil secara bergiliran dengan menggunakan property kembang lilin. 5 atau
7 pasang penari tersebut masing-masing menggambarkan tokoh-tokoh nenek moyang
masyarakat Melayu Timur yang terdapat di Tanjung Jabung Timur, yaitu Hang Tuah,
Hang Jebat, Hang Lekir atau Lekiu, Hang Kasturi, Dewa Safri, Dandan Setia dan
Sidang Budiman sebagai tokoh yang diwakili oleh penari pria. Sedangkan penari
wanita mewakili tokoh Putri Siti Zubaidah, Putri Suri Maknikam, Putri Intan
Baiduri, Putri Intan Terpilih, Putri Intan Gemale, Putri Intan Teserlah dan
Putri Begubang.
45.
Tari Liang Asak
Tari ini diangkat dari
kebiasaan masyarakat setempat pada saat menugal, menanam padi di sawah yang
dilakukan oleh bujang gadis. Kebiasaan ini dilakukan secara turun termurun dari
nenek moyangnya.
Dipentaskan dalam bentuk berpasangan yaitu putra
dan putri. Jumlah penari yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima
pasang penari. Tari liang asak ini ditata dan dikembangkan oleh Elmawati dan Ali Tayib. Dipentaskan dalam bentuk berpasangan yaitu putra
dan putri. Jumlah penari yang menarikan berkisar antara tiga sampai dengan lima
pasang penari.
Gerak tari yang digunakan adalah langkah tak jadi,
stap, zig-zag, tudung awan dan nyilau, Gerak-gerak tersebut menggambarkan
bagaimana proses menugal dan menanam padi sambil bersendagurau bersama
pasangannya. Sang putra menugal sedangkan putri menabur benih.
46.
Tari Niti Mahligai
Niti Naik Mahligai adalah sebuah
upacara yang dulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang terdapat di
Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo. Niti Mahligai, ditata
oleh Epa Bramanti Putra yang diadaptasi dari sebuah upacara tradisional
masyarakat Kerinci, Niti Naik Mahligai.
Alat musik yang digunakan adalah Gendang Dap
diiringi dengan lantunan ‘Nyahu’ (vocal) sang pawang, sedangkan penari bergerak
mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik
47.
Tari Sekato
Tari ini adalah hasil dari kegiatan pengolahan tari
yang dilaksanakan pada tahun 1992. Tari ini ditata oleh Sri Purnama Syam. Dalam
penampilannya dibawakan oleh 8 penari yang terdiri dari 4 orang penari putra
dan 4 orang penari putri. Tari ini menggunakan properti Kipas dan Payung dimana
peggunaan Kipas dan Payung selain sebagai penghias juga mengandung arti untuk
senjata dan perlindungan diri. Beberapa ragam gerak yang dominan dalam tari ini
antara lain adalah gerak lenggang, langkah tigo, langkah tak jadi, buka ayun
kipas.
48. Tari Rauh ( Rantau Pandan )
Tari Tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai
tari tradisional vang. sangat disukai oleh masyarakat. Tari Tauh biasanya
ditarikan ketika menyambut Rajo, Berelek Gedang, dan ketika Beselang Gedang
(gotong royong menuai padi). TAUH, adalah suatu
tari yang menggambarkan tentang pergaulan/hubungan muda mudi (Bujang Gadis)
pada zaman dahulu sampai sekarang yang diwariskan secara turun temurun. Jumlah penari Tauh adalah 8 orang (4 wanita dan 4 laki-laki) dan termasuk
jenis tari tradisi kerakyatan dengan lama pementasan tergantung kondisi sesuai
panjang pantun dan kesanggupan penari dan tidak jarang dari senja hari sampai
pagi hari. Adapun musik pengiring ialah Kelintang Kayu, Gong, Gendang dan
Biola, kostum yang dipakai adalah pakaian Melayu.
F. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN
49.
Tari Gending
Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Tari Gending Sriwijaya berasal dari Kota Palembang. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu.
Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang
berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan
tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota
Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk
mengiringi Tari Gending Sriwijaya.
50.
Tari Kebagh
Tari Kebagh atau Tari Kebar merupakan tarian adat tertua yang sangat
populer di daerah Besemah sejak zaman dahulu kala. Berdasarkan cerita lisan dari orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan
dengan Puyang Serunting Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat
meriah dan turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara
tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon adalah
seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini disetujui istrinya
dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan disembunyikan oleh Puyang
Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk dipakai menari.
Karena terus didesak banyak orang, akhirnya dengan
berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya menari dengan selendang
yang diambilnya pada masa lalu. Selendang tersebut disembunyikan di dalam ruas
bambu yang lazim disebut tepang. Maka menarilah istyri Puyang Serunting Saksti dengna lemah gemulai.
51.
Tari Sebimbing Sekundang
Tari ini merupakan tari tradisional masyarakat
Kabupaten Ogan Komering Ulu yang ditampilkan dalam penyambutan tamu-tamu
kehormatan yang berkunjung di daerah ini. Tarian ini diperagakan baik di dalam
gedung maupun di tempat terbuka yang dilakukan oleh 9 penari, 1 orang puteri
pembawa tepak, 2 orang pembawa rempah-rempah, 1 orang pembawa payung agung dan
2 orang pengawal. Gerak tarian, pakaian dan musik pengiringnya merupakan perpaduan dari
gerak, pakaian dan musik tari-tari tradisional dari berbagai Kecamatan dalam
Kabupaten Ogan Komering Ulu sehingga tergambar motto "Bumi Sebimbing
Sekundang" yang berarti berjalan seiring dan saling membantu dan
melaksanakan sesuatu untuk menggapai keberhasilan.
52.
Tari Tanggai ( Tari Tepak )
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Tari tepak atau tari tanggai yang biasa digelarkan untuk menyambut tamu-tamu terhormat. Tarian ini memiliki persamaan dengan tari Gending Sriwijaya. Perbedaannya pada jumlah penari dan busananya. Tari tepak atau tanggai dibawakan oleh 5 penari sedangkan tari Gending Sriwijaya 9 penari. Busana penari tepak atau tanggai ini tidak selengkap busana dan asesoris penari Gending.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang
gemulai dengan busana khas daerah. Tarian ini menggambarkan masyarakat
Palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamu yang
berkunjung ke daerahnya.
G. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI BANGKA
BELITUNG
Tari beripat merupakan
perlombaan adu ketangkasan. Yang mana ada dua orang penari membawa rotan.
Setiap penari mengandalkan keahlian menangkis dan memukul punggung lawan. Mana
luka yang paling sedikit dialah pemenangya. Dalam setiap gerakan, diselingi
gerak dan irama tari.
54. Tari Campak
Tarian campak ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara seperti penyambutan tamu besar, pernikahan dan lain-lain. Merupakan tarian tradisional dari daerah kepulauan Bangka Belitung yang menggambarkan pergaulan pria dan wanita dengan ekspresi dan gerakan yang menggambarkan kegembiraan.
Kostum yang digunakan oleh para penari Tari Campak
ini juga merupakan perpaduan budaya Melayu dan budaya Eropa. Pada kostum penari
wanita, penari menggunakan pakaian yang sangat kental akan gaya busana Eropa
seperti gaun panjang dan sepatu hak tinggi. Sedangkan kostum penari pria sangat
kental akan gaya busana Melayu seperti kemeja, celana panjang, peci, dan selendang.
55.
Tari Men Sahang Lah Mirah
Tari Men Sahang Lah Mirah menggambarkan masyarakat
Bangka Belitung yang sedang bersuka-ria dalam memanen hasil ladangnya yang
berupa lada putih (sahang sebutan untuk Bangka belitung) di mana dalam memanen
hasil ladangnya masyarakat Bangka Belitung selalu
memanjatkan puji syukur pada Allah, sang pencipta alam semesta ini,
56. Tari Pendulang Timah
Tari Pendulang Timah kreasi Sanggar Tari Belitong
Lesong Batang, Kelurahan Lesung Batang, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung,
merupakan tarian menggambarkan rakyat Bangka Belitung mendulang Timah secara
tradisional.
57. Tari Sekapur Sirih
Tari sekapur sirih biasa ditarikan 10 sampai 12 penari. Diantara para penari ini biasanya terdapat dua penari laki-laki yang berposisi di belakang. penari membawa sebuah wadah yang berisi sirih sebagai tanda kehormatan kepada para tamu penting yang datang di satu acara perhelatan besar yang sedang digelar masyarakat Belitung.
Gerakan-gerakan lincah penari yang bergerak ke
kanan dan kiri diiringi musik tradisional gambus khas Belitung membuat tarian
ini begitu rancak.
Dalam salah satu gerakannya para penari ini
menerbangkan atau menyebarkan bunga-bunga sebagai tanda penolak bala. Para penari juga mendekati para tamu kehormatan
yang duduk di barisan terdepan dan memberikan sirih yang tersimpan dalam sebuah
kotak sebagai tanda kehormatan.
58.
Tari Sepen
Merupakan tarian tradisional masyarakat kepulauan Belitung yang di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan tari tradisional dari daerah Bangka Belitung yang sangat kental akan budaya melayu, baik dari segi kostum, pengiring dan beberapa gerakan di dalamnya. Tari Sepen ini biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat datang pada acara penyambutan tamu besar yang datang kesana.
Merupakan tarian tradisional masyarakat kepulauan Belitung yang di dalamnya terdapat unsur gerakan pencak silat. Tarian ini merupakan tari tradisional dari daerah Bangka Belitung yang sangat kental akan budaya melayu, baik dari segi kostum, pengiring dan beberapa gerakan di dalamnya. Tari Sepen ini biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat datang pada acara penyambutan tamu besar yang datang kesana.
H. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI BENGKULU
59. Tari
Bidadari Terminang Anak
Tari
Bidadari Teminang Anak, dapat pula diartikan bidadari meminan anak.
Tari adat
ini berasal dari Rejang Lebong
60. Tari Ganau
Tari Ganau, merupakan tarian yang diiringi dengan musik. Didominasi oleh iringan
mandolin, rebab dan kendang serta lagu dengan irama melayu. Tarian ini
dimainkan oleh sekelompok penari wanita dan laki-laki. Dimulai dengan tempo
gerakan yang lambat diakhiri dengan gerakan yang cepat dan menghentak-hentak.
Gerakan tangan, serta melompat dan dan formasi yang harmonis dengan iringan
musik merupakan ciri khas yang dari tarian
Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang
dilakukan pada setiap musim panen raya datang. Tarian tersebut dimainkan oleh
para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan
lampion.
62. Tari Lanan Belek
Tari Lanan Belek, tari ini diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang
seorang bidadari yang terpaksa tertinggal, karena saat lagi mandi bersama-sama
temannya yang lain selendangnya diambil orang. Suatu saat selendangnya
ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali pulang meninggalkan si pemuda
yang mendendam.
63. Tari Persembahan Rejang
Tari Penyambutan di Inspirasi Tari Kejai yang sakral dan Agung di Tanah Rejang
Tari Penyambutan adalah Tari Kreasi Baru yang
diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejai. Terinspirasi oleh tari Kejai karena
Suku Rejang sendiri jaman dahulu tidak mempunyai Tari Penyambutan, di jaman
dahulu penyambutan tamu dilakukan dengan upacara adat. Tari Kejai adalah tarian
sakral dan agung, sehingga sangat pantas untuk di persembahkan untuk
Penyambutan Tamu, seperti Pejabat Tinggi Negara, Menteri, Bupati yang berkunjung
ke Tanah Rejang . alat musik Tari
Penyambutan memakai alat musik khas tradisional Suku Rejang, yaitugong dan
kalintang, yang dari jaman dahulu kala di pakai pada musik pengiring tarian
sakral dan agung Suku Rejang yaitu Tari Kejai.
I. TARIAN TRADISIONAL PROVINSI LAMPUNG
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam,
namun tarian ini pada dasarnya mempunyai gerakan-gerakan yang relatif sama,
yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2) gerakan knui
melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak
ngetir (lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang
kelembutan hati); (6) gerak jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi
mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang (lambang rasa percaya diri).
Salah satu kesenian tradisional yang hidup di Desa
Wana adalah Tari Melinting. Di lihat dari sejarahnya, tarian ini merupakan tari
adat tradisional Keagungan Keratuan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting
yaitu Pangeran Panembahan Mas, yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat
(Betawi). Tari Melinting ini merupakan tari tradisional lepas untuk hiburan
pelengkap pada saat acara Gawi Adat. Gerak dalam tari
Melinting adalah gerak gerak maknawi, yaitu setiap gerakan mempunyai maksud
atau makna.
Gerakan yang dipakai pada tari Melinting dibedakan
antara gerakan penari putra dan putri meliputi : babar kipas, jong sumbah,
sukhung, sekapan balik palau, kenui melayang nyiduk, salaman, suali, niti
batang, luncat kijang, dan lapah ayun.
66. Tari Bedana
Tarian Bedana merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang dipentaskan di daerah lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama Islam merupakan tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
Tarian Bedana merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang dipentaskan di daerah lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama Islam merupakan tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.
67. Tari
Sigeh Pengunten
Tari
sigeh pengunten (siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari
daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan
tari tradisi asli masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, Tari Sigeh
Pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting.
Koreografi tari ini juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional Lampung
untuk merepresentasikan budaya Lampung yang beragam.SEMOGA BERMANFAAT
Kepada blogger dimohon dengan hormat untuk menghapus gambar/foto Tari Seudati, yaitu foto 7 orang penari yang menggunakan baju berwarna hijau dengan aksesoris berwarna oren. Saya adalah salah satu penari di foto tersebut. Bahwa kami adalah penari Kalimantan Barat yang saat itu tampil di TMII di gedung Sasono Langen Budoyo akhir tahun 2008. Jadi tarian itu bukanlah tarian yang berasal dari Aceh. Selain itu kami semua saat ini juga sudah menggunakan hijab, sehingga dimohon dengan sangat bantuannya untuk menghapus foto tersebut. Atas kerjasamanya kami ucapkan banyak terimakasih. Semoga Tuhan membalas kebaikan anda.
ReplyDelete